Macam-Macam Bentuk Budaya Lokal Di Indonesia dan Contohnya

Dari manakah kamu berasal? Setiap daerah tentu mempunyai kebudayaan sendiri. Jika berasal dari daerah Jawa, kamu mengenal beberapa tarian, lagu daerah, pakaian daerah, bahasa daerah, dan lain-lain dari daerah kamu berasal. Namun, ternyata daerah Jawa juga memiliki kekayaan budaya yang berbeda.

Coba perhatikan, daerah Yogyakarta dan Surakarta adalah dua daerah yang saling berdekatan. Namun, memiliki motif kain yang berbeda. Motif kain gaya Surakarta memiliki latar warna cokelat, sedangkan motif kain gaya Yogyakarta memiliki motif dengan latar kain berwarna putih. Hal tersebut dikarenakan keduanya melalui proses pembuatan yang berbeda.
Motif Kain Batik Jogjakarta
Kain gaya Surakarta sebelum dibatik, diketel terlebih dahulu hingga kain memiliki latar warna cokelat. Sementara itu, kain yang bergaya Yogyakarta dikemplong terlebih dahulu. Dikemplong adalah proses yang dilakukan sebelum dibatik. Kain mori dipukul-pukul terlebih dahulu dengan palu yang terbuat dari kayu, setelah itu pola digambar dengan menggunakan pensil, dan dilanjutkan dengan pembatikan dengan menggunakan malam (lilin). Begitu pun juga dengan Bali yang mempunyai kekhasan kain baik sendiri.

Pengertian Budaya Lokal
Dari ilustrasi di atas dapat kamu bedakan bahwa daerah-daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, sudahkah kamu tahu tentang budaya lokal? Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat.

Bentuk-Bentuk Budaya Lokal
Indonesia terdiri atas 33 provinsi, karena itu memiliki banyak kekayaan budaya. Kekayaan budaya tersebut dapat menjadi aset negara yang bermanfaat untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia luar, salah satu di antaranya adalah Candi Borobudur.

Candi Borobudur

Pada tahun 824 M, Candi Borobudur didirikan oleh raja dari Wangsa Syailendra bernama Samaratungga. Hal tersebut tertulis pada prasasti Karangtengah dan prasasti Kahulunan. Putri Samaratungga yang bernama Ratu Pramodawardhani yang akhirnya menyelesaikan candi tersebut.

Representasi alam semesta terdapat pada candi tersebut. Terdapat tiga bagian penting agama Buddha yang terpatri pada bangunan tersebut. Tiga bagian penting tersebut adalah:
a. Kamadhatu
b. Rupadhatu
c. Arupadhatu

Kamadhatu melambangkan kaki. Hal ini adalah representasi dari dunia yang penuh dengan kama atau nafsu (keinginan) manusia. Rupadhatu melambangkan dunia yang masih terikat dengan rupa dan bentuk meskipun tidak mampu melepaskan dari hawa nafsu. Dunia ini adalah ”alam antara” yang membatasi Kamadhatu alam bawah dengan Rupadhatu alam atas.

Sementara itu, Arupadhatu melambangkan tempat bersemayamnya para Buddha yang berada di alam atas. Pada alam tersebut kebebasan akan hawa dunia yang masih mementingkan bentuk dan rupa telah tercapai. Kebebasan tersebut dilambangkan dengan tidak adanya relief sebagai tempat lenyapnya nafsu dunia.

Relief yang ada jika disambung dapat mencapai panjang 2.900 m (hampir mencapai 3 km) dengan 1.460 adegan dan relief dekoratif (hiasan) sebanyak 1.212 buah. Candi Borobudur memiliki 505 buah arca. Itulah salah satu dari 7 keajaiban dunia.

Adat pernikahan secara tradisional adalah salah satu bentuk budaya lokal pula. Oleh karena itu, jika ada sepasang pengantin yang berasal dari daerah yang berlainan, seringkali mengenakan busana tradisional pernikahan bergantian sesuai dengan busana daerah masing-masing mempelai. Demikian pula acara tradisi upacara pernikahan diadakan dua kali, disesuaikan dengan upacara adat masing-masing mempelai.

Bentuk lain dari budaya lokal adalah tarian tradisional. Tarian tradisional di Indonesia awalnya dipertunjukkan untuk peristiwa tertentu seperti panen, kelahiran, pemakaman, dan pernikahan. Saat ini tradisi tersebut ada yang mengalami pergeseran, tarian dipertunjukkan untuk acara komersial. Namun demikian, hal tersebut dapat menjadi salah satu sarana untuk melestarikan budaya lokal, bahkan untuk memperkenalkan budaya lokal ke tingkat yang lebih halus.

Bahasa daerah juga salah satu bentuk budaya lokal. Isitilah-istilah yang berasal dari bahasa daerah sesungguhnya dapat menjadi suatu kontrol sosial bagi masyarakatnya. Hal ini akan dibahas dalam artikel-artikel berikutnya dalam blog ini.

Bentuk budaya lokal yang lain adalah mitos. Mitos adalah suatu cerita suci berupa simbol yang mengisahkan peristiwa nyata atau imajiner mengenai perubahan alam dan asal usul jagat raya, dewadewi, atau kepahlawanan seseorang.

Beberapa bentuk budaya lokal lain di antaranya adalah pakaian tradisional, folklor, musik tradisional, olahraga tradisional, permainan anak tradisional, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Menurut James Danandjaja (dalam Sulastrin Sutrisno, 1985:460), folklor adalah sebagian kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun secara tradisional. Tradisi ini bisa berbeda-beda versinya baik dalam bentuk lisan, perbuatan, maupun alat-alat pembantu pengingat.

Kebudayaan Indonesia yang berbentuk folklor memiliki ciri-ciri khusus antara lain sebagai berikut: bersifat lisan, bersifat tradisional, versinya berbeda-beda, cenderung mempunyai bentuk berumus atau berpola, tidak diketahui siapa penciptanya, mempunyai fungsi dalam kehidupan kolektif yang memilikinya, berifat pralogis, menjadi hak milik bersama, dan bersifat polos atau spontan.

Secara garis besar folklor dikelompokkan menjadi tiga antara lain sebagai berikut (dikutip dari James Danandjaya, 1984).
 Folklor Lisan
Yang tergabung ke dalam folklor lisan antara lain sebagai berikut.
 Bahasa rakyat seperti logat, julukan, gelar, bahasa rahasia, dan sebagainya.
 Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan sebagainya.
 Pertanyaan tradisional seperti teka-teki, cangkriman, dan sebagainya.
 Puisi rakyat seperti pantun, syair, bidal, pemeo, dan lain-lain.
 Cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dongeng, dan sebagainya.
 Nyanyian rakyat

 Folklor Sebagian Lisan
Yang tergabung dalam folklor sebagian lisan antara lain sebagai berikut.
 Kepercayaan atau takhayul
 Permainan dan hiburan rakyat
 Teater rakyat seperti wayang orang (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), lenong (Jakarta), arja (Bali)
 Adat kebiasaan seperti khitanan, gotong royong, dan lain-lain.
 Upacara-upacara yang dilaksanakan dalam siklus hidup manusia
 Tari rakyat seperti Srimpi (Jawa Tengah), tari Tor-tor (Batak), tari doger (Jakarta).
 Pesta rakyat seperti selamatan

 Folklor Bukan Lisan
Folklor bukan lisan lain sebagai berikut.
 Arsitektur seperti bentuk rumah adat dan lumbung padi
 Hasil kerajinan rakyat seperti batik, patung, keris
 Pakaian dan perhiasan seperti pakaian adat
 Obat-obatan rakyat seperti jamu tradisional
 Makanan dan minuman tradisional seperti rendang Padang, gudeg Yogyakarta
 Alat musik tradisional seperti angklung, gamelan
 Peralatan dan senjata seperti alat-alat rumah tangga, senjata untuk berburu
 Mainan seperti boneka, alat musik, dan lain-lain.

Dalam sebuah folklor biasanya terkandung nilai, petuah, nasihat, dan pelajaran yang bisa dijadikan cermin bagi orang yang membaca atau mendengarnya. Agar lebih jelas silakan kamu baca contoh folklor berikut ini.

Nyi Pohaci

Alkisah Nyi Pohaci terlahir dari sebutir telur yang berasal dari air mata Dewa Naga Anta. Dewa Naga Anta menangis karena dimarahi oleh Batara Narada. Sesungguhnya Dewa Naga Anta ingin membantu pembangunan istananya Dewa Guruingin, namun karena Dewa Naga Anta tidak memiliki tangan, maka tidak dapat dilakukannya.

Tiga tetas air mata Naga Anta menjelma menjadi tiga butir telur dan digigitnya perlahan untuk dibawa kepada Dewa Guru. Dalam perjalanan, ia tidak menjawab sapaan Elang karena mulutnya penuh dengan telur. Karena tidak menjawab sapaan, Elang lalu menyambar Naga Anta sehingga dua telur terjatuh ke bumi menjelma menjadi dua ekor babi hutan yang bernama Kakabuat dan Budug Basu.

Sebutir telur yang selamat akhirnya sampai ke hadapan Dewa Guru dan diperintahkannya Naga Anta untuk mengerami telur tersebut. Setelah menetas, muncullah seorang bayi cantik yang diberi nama Nyi Pohaci. Bayi yang cantik tersebut akhirnya disusui oleh Dewi Umah; istri Dewa Guru.

Setelah Nyi Pohaci beranjak dewasa, Dewa Guru berniat menyuntingnya. Namun, Nyi Pohaci jatuh sakit dan wafat. Nyi Pohaci dimakamkan di bumi. Dari makamnya muncul beraneka tanaman yang dibutuhkan masyarakat Sunda.

Kepala Nyi Pohaci menjelma menjadi pohon kelapa, mata kanannya menjadi padi putih, mata kiri menjadi padi merah, hatinya menjadi ketan, paha kanan menjadi bambu aur, paha kiri menjadi bambu tali, betisnya menjadi pohon enau, ususnya menjadi akar tunjang, dan rambutnya menjadi rerumputan… baca selengkapnya di http://id.wikipedia.org/wiki/Sri

Comments

Popular posts from this blog

4 Fase Perkembangan Ilmu Antropologi Serta Contohnya

15 Pengertian Kebudayaan Secara Umum, Etimologi dan Menurut Para Ahli

6 Ciri Budaya Lokal di Indonesia Dan Contohnya